1.1.
Umum.
Sistem
refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam
bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem
kontrol yang menunjang kinerja dari sistem refrigerasi.
Aplikasi
dari sistem refrigerasi tidak terbatas, tetapi yang paling banyak digunakan adalah
untuk pengawetan makanan dan pendingin suhu, misalnya lemasi es, freezer, cold strorage, air conditioner/AC Window, AC split dan AC mobil.
Dengan perkembangan teknologi saat
ini, refrigeran (bahan pendingin) yang di pasarkan dituntut untuk ramah
lingkungan, disamping aspek teknis lainnya yang diperlukan. Apapun refrigeran
yang dipakai, semua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing oleh karena
itu, diperlukan kebijakan dalam memilih refrigerant yang paling aman
berdasarkan kepentingan saat ini dan masa yang akan datang.
Selain itu,
tak kalah pentingnya adalah kemampuan dan ketrampilan dari para
teknisi untuk mengaplikasikan refrigeran tersebut, baik
dalam hal mekanisme kerja
sistem, pengontrolan maupun keselamatan kerja dalam
pemakaiannya.
1.2.
Siklus Refregerasi
Prinsip
terjadinya suatu pendinginan di dalam sistem refrigerasi adalah penyerapan kalor oleh suatu zat pendingin yang dinamakan refrigeran.
Karena kalor yang berada disekeliling refrigeran diserap, akibatnya refregeran
akan menguap, sehingga temperatur di sekitar refrigeran akan menjadi dingin.
Hal ini dapat terjadi mengingat penguapan memerlukan kalor.
Refrigeran
dikompresikan
sehingga
bertemperatur
dan
bertekanan
tinggi,
kemudian
masuk
ke
dalam
kondensor
untuk
proses kondensasi karena
adanya
udara
disekitar
yang melewati kondensor.
Setelah
itu
refrigerant akan masuk
kedalam
receiver drier untuk
proses penyaringan uap
air dan kotoran
yang ada didalamnya,
setelah
itu
akan
melewati
katup
ekspansi
yang menyebabkan temperatur
dan
tekanannya
menurun
sehingga
berubah
menjadi
kabut masuk
ke
evaporator.
Didalam
evaporator, refrigerant tersebut melakukan
penyerapan
panas
sehingga
terbentuk
udara
yang dingin dan
dihembuskan
bower kedalam kendaraan/
ruangan.
1.3. Komponen Sistem Refrigerasi
Mekanik mesin pendingin terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing
dihubungkan dengan menggunakan pipa-pipa tembaga atau selang pada akhirnya
merupakan sebuah system yang bekerja secara serempak ( simultan )
Komponen-komponen mesin pendingin yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Kompresor
b. Condensor
c. Receiver/ Dryer
d. Expansion Valve
e. Evaporator
f. Pipa refrigerant.
1.3.1. Kompresor & Magnetic Clutch
Kompresor digunakan untuk menaikan tekanan dan mensirkulasikan refrigerant yang ada pada sistem
dengan
cara mengkompresikannya.
Magnetic clutch digerakan oleh mesin melalui drive belt yang berfungsi untuk menggerakan kompresor dengan menghubungkan dan melepaskannya pada saat yang diperlukan.
1.3.2. Kondensor
Kondensor juga merupakan salah satu komponen utama dari sebuah mesin pendingin.
Pada kondensor terjadi perubahan wujud refrigeran dari uap super-heated (panas
lanjut) bertekanan tinggi ke cairan sub-cooled (dingin lanjut) bertekanan
tinggi. Agar terjadi perubahan wujud refrigeran (dalam hal ini adalah
pengembunan/ condensing), maka kalor harus dibuang dari uap refrigeran.
Kalor/panas
yang akan dibuang dari refrigeran tersebut berasal dari :
1. Panas yang diserap dari evaporator,
yaitu dari ruang yang didinginkan.
2. Panas yang
ditimbulkan oleh kompresor selama bekerja.
Jelas kiranya
, bahwa fungsi kondensor adalah untuk merubah refrigeran gas menjadi cair
dengan jalan membuang kalor yang dikandung refrigeran tersebut ke udara
sekitarnya atau air sebagai medium pendingin/condensing.
Gas dalam
kompresor yang bertekanan rendah dimampatkan/dikompresikan menjadi uap
bertekanan tinggi sedemikian rupa, sehingga temperatur jenuh pengembunan
(condensing saturation temperature) lebih tinggi dari temperature medium
pengemburan (condensing medium temperature). Akibatnya kalor dari uap
bertekanan tinggi akan mengalir ke medium pengembunan, sehingga uap refrigean
akan terkondensasi.
Setelah
refrigeran terkondensasi di kondensor, refrigeran cair tersebut masuk ke katup
ekspansi yang mengontrol jumlah refrigeran yang masuk ke evaporator. Ada banyak jenis katup
ekspansi, tiga diantaranya adalah pipa kapiler, katup ekspansi otomatis, dan
katup ekspansi termostatik.
a. Pipa Kapiler
(capillary tube)
Katup
ekspansi yang umum digunakan untuk sistem refrigerasi rumah tangga adalah pipa
kapiler. Pipa kapiler adalah pipa tembaga dengan diameter lubang kecil dan
panjang tertentu. Besarnya tekanan pipa kapiler bergantung pada
ukuran diameter lubang dan panjang pipa kapiler. Pipa kapiler diantara
kondensor dan evaporator
Refrigeran
yang melalui pipa kapiler akan mulai menguap. Selanjutnya berlangsung proses
penguapan yang sesungguhnya di evaporator. Jika refrigeran mengandung uap air,
maka uap air akan membeku dan menyumbat pipa kapiler. Agar kotoran tidak
menyumbat pipa kapiler, maka pada saluran masuk pipa kapiler dipasang saringan
yang disebut strainer atau Receiver Drier.
Ukuran
diameter dan panjang pipa kapiler dibuat sedemikian rupa, sehingga refrigeran
cair harus menguap pada akhir evaporator. Jumlah refrigeran yang berada dalam
sistem juga menentukan sejauh mana refrigeran di dalam evaporator berhenti
menguap, sehingga pengisian refrigeran harus cukup agar dapat menguap sampai
ujung evaporator. Bila pengisian kurang, maka akan terjadi pembekuan pada
sebagian evaporator. Bila pengisian berlebih, maka ada kemungkinan refrigerant cair
akan masuk ke kompresor yang akan mengakibatkan rusaknya kompresor. Jadi sistem
pipa kapiler mensyaratkan suatu pengisian jumlah refrigeran yang tepat.
b. Katup
Ekspansi Otomatis
Beberapa
katup ekspansi yang peka terhadap perubahan beban, antara lain adalah katup
ekspansi otomatis (KEO) yang menjaga agar tekanan hisap atau tekanan evaporator
besarnya tetap konstan.
Bila beban
evaporator bertambah maka temperatur evaporator menjadi naik karena banyak
cairan refrigeran yang menguap sehingga tekanan di dalam saluran hisap (di
evaporator) akan menjadi naik pula. Akibatnya “bellow” akan bertekan ke atas
hingga lubang aliran refrigeran akan menyempit dan ciran refrigeran yang masuk
ke evaporator menjadi berkurang. Keadaan ini menyebabkan tekanan evaporator
akan berkurang dan “bellow” akan tertekanan ke bawah sehingga katup membuka
lebar dan cairan refrigeran akan masuk ke evaporator lebih banyak. Demikian
seterusnya.
c. Katup
Ekspansi Termostatik (KET)
Cara kerja
KET adalah sebagai berikut :
jaga tetap konstan pada segala keadaan
beban.
1.3.4. Evaporator
Pada
evaporator, refrigeran menyerap kalor dari ruangan yang didinginkan. Penyerapan
kalor ini menyebabkan refrigeran mendidih dan berubah wujud dari cair menjadi
uap (kalor/panas laten).
Panas yang
dipindahkan berupa :
1. Panas sensibel (perubahan tempertaur)
Temperatur
refrigeran yang memasuki evaporator dari katup ekspansi harus demikian sampai
temperatur jenuh penguapan (evaporator saturation temparature). Setelah terjadi
penguapan, temperatur uap yang meninggalkan evaporator harus pupa dinaikkan
untuk mendapatkan kondisi uap panas lanjut (super-heated vapor)
2. Panas laten (perubahan wujud)
Kapasitas
evaporator adalah kemampuan evaporator untuk menyerap panas dalam periode waktu
tertentu dan sangat ditentukan oleh perbedaan temperatur evaporator
(evaporator temperature difference).
Perbedaan
tempertur evaporator adalah perbedaan antara temperatur jenis evaporator
(evaporator saturation temperature) dengan temperatur substansi/benda yang
didinginkan.
Kemampuan
memindahkan panas dan konstruksi evaporator (ketebalan, panjang
dan sirip) akan sangat mempengaruhi kapaistas
evaporator.
No comments:
Post a Comment